Sabtu, 06 Desember 2014

Hadi Supeno Dinobatkan Sebagai Tokoh Bahasa Jawa

BANJARNEGARA – Wakil Bupati Banjarnegara Drs. Hadi Supeno, M. Si., menerima penghargaan Prasidatama sebagai tokoh bahasa Provinsi Jawa Tengah. Penghargaan diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Aula Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Negeri Semarang.  Bersama pak Hadi diberikan juga penghargaan tokoh bahasa untuk Amir Machmud N. S., dari Suara Merdeka dan H. Ahmad Tohari untuk kategori tokoh Sastra Indonesia, beberapa waktu lalu.
Pemberian penghargaan dilakukan Senin pagi ini. Menurut Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah penghargaan diberikan kepada Drs. Hadi Supeno, M. Si., didasarkan pada aktivitas beliau nguri-uri bahasa Jawa. Dalam kategori ini beliau bersaing dengan sejumlah tokoh terkenal diantaranya walikota Solo. Namun Tim penilai cenderung memilih beliau karena ada nilai lebih dibanding calon lain, sebab selain pelopor bahasa Jawa pak Hadi juga terjun langsung dalam nguri-nguri seni budaya Jawa seperti menjadi Dalang,  macapatan, dan seterusnya.
Di dalam pemberian penghargaan prasidatama oleh Balai Bahasa Provinsi Jateng ini, lanjutnya, ada lima kategori penghargaan. Ke lima kategori penghargaan tersebut, imbuhnya, yaitu penghargaan prasidatama untuk tokoh Bahasa Indonesia, tokoh bahasa Jawa, tokoh Sastra Indonesia, tokoh Sastra Jawa, dan tokoh penggiat bahasa dan sastara.
Setiap kategori, lanjutnya, diwakili oleh tiga pemenang. Drs. Hadi Supeno, M. Si., lanjutnya, masuk dalam kategori penerima penghargaan Prasidatama untuk tokoh Bahasa Jawa. Bersama pak Hadi, lanjutnya, diberikan penghargaan juga pada Dr. Bambang Sadono, SH., M. H., serta H. Mardiyanto mantan Mendagri dan juga mantan Gubernur Jawa Tengah.
“Semoga dengan penghargaan ini dapat memacu lebih giat lagi aktivitas pak Hadi dalam nguri-uri bahasa Jawa. Apalagi di saat dunia pendidikan krisis pendidikan karakter. Sebab bahasa Jawa dapat dijadikan sarana untuk memberikan pendidikan karakter. Karena bahasa Jawa mengenalkan etika dan sopan santun kepada pemakainya. Bahasa Jawa mengenalkan etika dan adab saat bicara dengan sesama, orang lebih muda, dan orang yang lebih tua, maupun dengan orang yang kita hormati” katanya.
Terpisah, saat dimintai komentarnya mengenai kegiatan ini, Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof. Fathur Rokhman, M. Hum, menyatakan saat ini ada gejala menarik yaitu saat komunikasi makin mudah dengan adanya kemajuan teknologi, tetapi di sisi lain bahasa nasional bahasa Indonesia tergerus oleh penggunaan bahasa asing. Hal ini dikarenakan pengguna teknologi komunikasi merasa lebih gengsi, lebih merasa modern jika menggunakan istilah bahasa asing dalam komunikasinya.
“Lebih parah lagi, penyerapannya ke bahasa Indonesia tidak mengikuti struktur yang benar. Inilah era dimana bahasa asing mendominasi bahasa Indonesia” katanya.
Di lain sisi, lanjutnya, ada gejala menarik saat nilai bahasa Jawa justru mengalami peningkatan prestise dan tidak tergerus bahasa asing seperti halnya bahasa Indonesia. Fenomena naiknya prestise bahasa Jawa, lanjutnya, dapat dilihat di tengah masyarakat saat banyak hajatan mewah masyarakat dan orang-orang kaya justru minta MC mantennya menggunakan bahasa kromo inggil.
“Ini kan menarik. Meski mereka tidak paham dan mengerti betul arti bahasanya namun mereka menghendaki saat resepsi pernikahan bahasa pengantar MC menggunakan bahasa Jawa” katanya. (**--eko br)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar